Thursday, February 9, 2017

BAGAIMANA AGAR AMAL DITERIMA ? ? ?

pustaka online | 2:51 AM |
Ukhti, Bagaimana Agar Amalmu Diterima-Nya?

Ukhti muslimah,....ketahuilah bahwa Allah hanya akan menerima amal

shaleh dari hamba-Nya apabila mengikuti 2 syarat yaitu ikhlas (bersih dari

kesyirikan) dan mutaba'ah (mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi

wassalam).Akan anda dapati lebih dalam lagi penjelasannya pada kajian aqidah

kali ini, yaitu mengambil 2 ayat dari surat Al-mulk ayat 1 dan 2.Didalamnya

menjelaskan keutamaan surat Al-Mulk dan bagaimana amal yang benar disisi Allah.

Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil manfaatnya dan diberikan kekuatan oleh

Allah Azza Wajalla untuk mengamalkannya.Kita simak ayatnya beserta

tafsirnya:

Maha suci Allah Yang diTangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa

atas segala sesuatu(1)Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu

siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun (2)

Tafsirnya:

Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu

bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

Dalam Al-Qur an itu ada sebuah surat yang terdiri atas tiga puluh ayat,

yang akan memberikan syafaat kepada pembacanya sehingga dia akan diampuni.

Itulah Tabaarakalladzi biyadihil-mulk

(Hadits hasan, diriwayatkan pula oleh penyusun kitab sunan yang empat)

[1]

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Jabir radhiyallahu anhu :

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak tidur sebelum membaca Alif

laam mim Tanzil (surat As-Sajadah) dan Tabaarakalladzi biyadihil-mulk (surat

Al-Mulk)

(HR. Tirmidzi, hadits Shahih, lihat Shahihul Jami 4/255) [2]

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dia menceritakan :

Salah seorang sahabat pernah memukulkan kantong airnya pada sebuah

kuburan,sedang dia tidak mengira bahwa itu adalah kuburan, dan tiba-tiba

seseorang membaca surat Al-Mulk sampai akhir surat kemudian aku mendatangi Nabi

dan aku ceritakan Wahai Rasulullah aku telah memukulkan kantong airku pada

sebuah kuburan dan aku tidak mengira bahwa itu adalah kuburan, tiba-tiba ada

seseorang membaca surat Al-Mulk sampai selesai. Maka beliaupun berkata :Ia

(surat Al-Mulk) adalah pencegah dan penyelamat yang akan menyelamatkannya dari

adzab kubur

(HR.Tirmidzi, Imam Tirmidzi berkata bahwa hadits ini adalah hasan

gharib) [3]


Tabaarak secara lughah (bahasa) berarti Maha Suci [4]

Dan yang dimaksud dengan Tangan(biyaadihi) dalam ayat ini adalah sifat

Allah, bukan nikmat dan kodrat-Nya (sebagaimana yang ditafsirkan oleh sebagaian

kaum muslimin). Dia adalah benar-benar tangan-Nya secara hakiki, tanpa

mempertanyakan bagaimana bentuknya. Tangan-Nya yang tidak serupa dengan semua

ciptaan-Nya yang mengelola kerajaan-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki.

Allah Ta ala memuliakan diri-Nya sendiri dan memberitahukan bahwa kerajaan

itu terletak diTangan-Nya. Dialah Yang Mengatur semua makhluk-Nya sesuai dengan

yang Dia kehendaki. Tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. Dan, Dia tidak

akan ditanya tentang perbuatan-Nya, karena Dia adalah Maha Kuasa, Maha

Bijaksana, dan Maha Adil. Itulah sebabnya Allah Ta ala berfirman(wahuwa alaa

kulli syai in qadir) Dan Dia Maha Kuasa atas Segala sesuatu.

Kemudian Allah Ta alaa berfirman Yang Menjadikan mati dan hidup maksudnya

adalah sesungguhnya Dialah yang telah mewujudkan semua makhluk dari yang asalnya

tidak ada , dengan tujuan menguji mereka siapakah diantara mereka yang paling

bagus amalnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

Bagaimana mungkin kamu kafir kepada Allah, sedangkan kamu sebelumnya adalah

mati, kemudian Dia menghidupkan kamu (Al-Baqarah:28) Allah mengistilahkan

keadaan pertama, yaitu tidak ada dengan kematian. Dan mengistilahkan kejadian

ini dengan kehidupan. Itulah sebabnya Allah Ta ala berfirman:

Kemudian Allah mematikan kamu kemudian menghidupkan kamu,kemudian kamu

dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan

(2:28)

Dan, firman Allah Ta aala: Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu

yang lebih baik amalnya

Dalam ayat ini Allah tidak mengatakan yang paling banyak amalnya namun yang

paling baik amalannya

Bila dilihat arti kata (ahsanu amala) menurut penafsiran ulama tafsir

adalah;

Yang paling benar amalnya (sesuai dengan Syariat-Nya), paling ikhlas (bersih

dari kesyirikan, tauhidnya benar, dan paling cepat dalam bersegera menuju kepada

ketaatan-Nya .[5]

Berkenaan dengan ayat ini ulama tafsir seperti Imam at-Tabari, al-Qurtubi dan

Ibnu Katsir memberikan perhatian penting tentang arti ayat tersebut (ahsanu

amala) dengan mengatakan bahwa Syarat diterimanya amal oleh Allah swt ada

dua:

1. Amal tersebut dikerjakan haruslah ikhlas kepada Allah Ta ala (bersih dari

kesyirikan)

2. Amal tersebut mutaba ah (sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh rasulullah
shalallahu alaihi wassalam)[6]

Dan seseorang yang ingin beramal tidak akan dapat memenuhi kedua syarat

tersebut kecuali dengan ilmu.karena itulah Imam Bukhari menempatkan kedudukan

ilmu dalam kitabnya {Shahih Bukhari} sebelum berkata dan beramal (Babul ilmu

qabla qauli wa amal yaitu bab mengetahui atau mengilmui dahulu sebelum berkata

dan beramal) bab Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan dalilnya adalah firman

Allah Ta ala :

Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan

mohon ampun atas dosamu (Muhammad :19) makna ketahuilah disini yaitu tahu

dengan ilmu.Beliau berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan wajibnya mempunyai

ilmu pengetahuan sebelum ucapan dan perbuatan(amal). Ini dalil yang tepat yang

menunjukkan bahwa manusia hendaknya mengetahui dahulu, baru kemudian

mengamalkannya. Ada juga dalil aqli (akal) yang menunjukkan hal serupa, yaitu

bahwasanya amal dan ucapan tidak akan benar dan diterima sehingga sesuai dengan

syariat. Seseorang tidak akan tahu apakah amalnya sesuai dengan syariat atau

tidak kecuali dengan ilmu. [7]

Karena itulah apakah mungkin kita beribadah kepada Allah yang menjadi

kewajiban kita tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu?!. Sebagian ulama

berkata:

dan setiap orang yang beramal tanpa ilmu maka amalan-amalan yang telah

dikerjakan olehnya ditolak, tidak dapat diterima (lihat dalam kitab-kitab

mereka dalam kitab tauhid Syahadatur rasul)[8]

Dengan demikian mengikuti syariat Nabi muhammad merupakan syarat diterimanya

amal, dan perlu diketahui bahwa mutaba ah (mengikuti Nabi Shalallahu alahi

wassalam) tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan

syariat dalam 6 perkara yaitu:

1.Sebab

Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan seba yang tidak

disyariatkan, maka ibadah tersebut adalah bid ah dan tidak diterima (ditolak).

Contoh: Ada orang yang melakukan shalat tahajud pada malam 27 bulan Rajab,

dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Mi raj Rasulullah (dinaikkan keatas

langit). Shalat tahajud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab

tersebut menjadi bid ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yang tidak

ditetapkan dalam syariat. Syarat ini, yaitu: ibadah harus sesuai dengan syariat,

sebab adalah penting, karena dengan demikian dapat diketahui beberapa macam amal

yang dianggap termasuk sunnah, namun sebenarnya adalah bid ah.

2.Jenis

Artinya: ibadah harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Jika tidak maka

tidak diterima. Contoh; seseorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah

tidak syah, karena menyalahi ketentuan syariat dalam jenisnya. Yang boleh
dijadikan kurban yaitu unta, sapi, dan kambing.

3. Kadar (bilangan)

Kalau ada seseorang yang menambah bilangan raka at suatu shalat, yang

menurutnya hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid ah dan tidak

diterima karena tidak sesuai dengan ketentuan syariat dalam jumlah bilangan

raka atnya. Jadi apabila ada seseorang shalat zuhur 5 raka at, umpamanya maka

shalatnya tidak sah.

4. Kaifiyat (cara)

Seandainya ada seseorang yang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu

muka, maka tidak sah wudhunya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan

syariat.

5. Waktu

Apabila ada seseorang yang menyembelih binatang kurban pada hari pertama

bulan dzulhijjah, maka tidak sah, karena waktu melaksanakannya tidak menurut

syariat/ajaran islam.Saya (syaikh shalih Utsaimin) pernah mendengar bahwa ada

orang yang menekatkan diri (takarub) kepada Allah pada bulan Ramadhan dengan

menyembelih kambing. Amal seperti ini adalah bid ah. Karena tidak ada sembelihan

yang ditujukan untuk bertakarub kepada Allah kecuali sebagai kurban, denda haji,

akikah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dengan keyakinan mendapat pahala

atas sembelihan tersebut sebagaimana idhul adha adalah bid ah. Kalau menyembelih

hanya untuk makan dagingnya , boleh saja.

6. Tempat

Andaikata ada orang yang beri tikaf ditempat selain masjid, maka I tikafnya

tidak sah. Sebab tempat I tikaf hanyalah di masjid. Begitupula, seandainya ada

wanita yang hendak I tikaf didalam mushalla dirumahnya, maka tidak sha

I tikafnya. Karena tempat melakukannya tidak sesuai dengan ketentuan syariat.

Contoh lainnya: Ada seseorang yang melakukan thawaf diluar masjidil haram dengan

lasan karena tempat melakukan thawaf telah penuh sesak, thawafnya tidak sah,

karena tempat melakukan thawaf adalah dalam baitullah sebagaimana

firman-Nya:

Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf Al-baqarah

:125[9]

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa Allah tidaklah melihat banyaknya

amal yang dilakukan hamba-hamba-Nya akan tetapi Allah melihat kepada

hamba-hamba-Nya yang mengerjakan amal yang paling baik/bagus. Dan amal yang

paling baik itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata ala bila tidak

ikhlas (bersih dari kesyirikan dan penyakit-penyakitnya) dan tidak muta abah

(mengikuti ajaran rasul-Nya) dan mutaba ah tidak akan tercapai kecuali dengan

enam perkara tadi. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk terus istiqomah

dalam menuntut ilmu-Nya . Wallahu alam bishawab.


Footnote dan sumber:

1. Fiqh Wanita, Bab: Fadhilah Al-Qur an,Syaikh Kamil Uwaidah,hal :649,

Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.

2. Kumpulan Do a-Do a dalam Al-Qur an dan Hadits, Said bin Ali Al-Qahthani,

hal: 115

3. Fiqh Wanita, Bab: Fadhilah Al-Qur an, Syaikh Kamil Uwaidah,hal:649

4. Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Prf.Dr.H.Mahmud Yunus,Hidakarya

Agung,Jakarta.

5. Kalimatul Qur an Tafsir Wa Bayan, hal:344,Hasan Muhammad Mahbub, Muasasatu

tsaqafiyah,Qahirah

6. Tafsirul maanil Qur an billughatil Injliziyah miqbas min tafsir Tabari,

Qurtubi,wa Ibnu Katsir, jilid:8 hal : 378, Royal, India

7. Penjelasan Kitab Tiga Landasan Utama, Syaikh Utsaimin, hal:34-36,Darul

Haq,Jakarta

8. Pedoman Hidup Seorang Muslim,Ibrahim Al-Khuraisy, hal:60,Pustaka Azzam,

Jakarta

9. Kesempurnaan islam dan Bahaya Bid ah, Syakh Utsaimin, hal:33-35,Darul

Khair, Jeddah
Share this article

0 comments:

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

 
Copyright © 2017 PUSTAKA ONLINE • All Rights Reserved.