Thursday, February 9, 2017

ANEKA PENGOLAHAN PRODUK PERTANIAN

pustaka online | 3:18 AM |
ANEKA PENGOLAHAN
PRODUK PERTANIAN


Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
DKI Jakarta
1996 / 1997
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. Dasar-dasar pengolahan dan pengawetan produk pertanian
2.1 Pengawetan secara fisika
a. Cara Pendinginan
b. Cara Pengeringan
b.1 Pengeringan matahari / penjemuran
b.2 Pengeringan buatan
2.2 Pengawetan secara kimia
a. Pengawetan dengan garam dapur
b. Pengawetan dengan asam
c. Pengawetan dengan karbon dioksida
d. Pengawetan dengan antibiotika atau bahan pengawet lainnya
e. Pengawetan dengan gala
2.3 Pengawetan Cara Mikrobiologis
III. Pembuatan Aneka Sari Buah
IV. Pembuatan Aneka Jam
V. Pembuatan Aneka Sirop
VI. Pembuatan Aneka Cordial
KATA PENGANTAR
Pasca panen produk pertanian di DKI Jakarta merupakan salah satu cabang usaha
pertanian yang mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan dimasa
mendatang. Selain dapat meningkatkan pendapatan para petani pengolah pasca panen,
juga dapat memperluas kesempatan berusaha bagi warga DKI Jakarta, serta dapat
menyerap kelebihan produk pertanian segar untuk dijadikan aneka produk olahan.
Peluang tersebut perlu didukung dengan ketersediaan teknologi yang telah
dihasilkan oleh lembaga penelitian dan diterapkan di kelompok-kelompok tani.
Brosur ini merupakan kumpulan beberapa informasi teknologi yang berasal dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Dinas Pertanian DKI Jakarta dan
beberapa informasi langsung dari kelompok tani nelayan seperti kelompok Wanita tani
Widya Tani dan Kelompok Wanita tani Ayu Lestari di Jakarta Selatan serta Kelompok
Wanita tani Ganda Mekar dan Kelompok Mekar Sari Jakarta Timur.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Nuraesin dari kelompok Mekar Sari,
Ibu Sri Yunani Sueb dari kelompok Ganda Mekar, Ibu Yanti dari Kelompok Wanita tani Ayu
Lestari dan Ibu Farida Edi dari Kelompok Wanita tani Widya Tani. atas kerjasamanva
dalam pengumpulan bahan-bahan dan informasi hingga ini tersusun.
I. PENDAHULUAN
Sebagian besar produk pertanian, khususnya buah-buahan dan sayuran lebih
banyak dikonsumsi dalam bentuk segar dari pada dalam bentuk olahan. Disamping
mengandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan vitamin masih cukup tinggi,
juga masih mempunyai cita rasa yang segar dan menarik. Namun demikian karma sifat
dari produk pertanian itu sendiri yang mudah busuk dan rusak maka alternatif untuk diolah
menjadi produk pasta panen merupakan hal yang bijaksana untuk di lakukan. Tingkat
kerusakan produk pertanian khususnya buah dan sayuran diperkirakan sekitar 30 %
sampai dengan 40 % , sedangkan 60 % dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan.
DKI Jakarta yang merupakan pusat pemasaran produk pertanian mempunyai
peluang yang cukup besar bagi penyediaan produk pertanian seperti buah-buahan dan
sayuran sebagai bahan baku olahan produk pertanian. Produk olahan pertanian selain
dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk pertanian tersebut juga dapat memperluas
aneka produk pertanian menjadi beberapa produk olahan serta dapat meningkatkan
pendapatan pare pengolahan pasta panen.
Perkembangan teknologi pengolahan buah-buahan yang merupakan hasil
penelitian Pusat Penelitian Hortikultura, Badan Litbang Pertanian telah banyak dihasilkan.
Teknologi tersebut telah di-Gelar-kan kepada kelompok-kelompok tani, bahkan kondisi
dilapangan menunjukkan bahwa teknologi yang di hasilkan tersebut telah banyak
diterapkan oleh beberapa kelompok tani di DKI Jakarta seperti Kelompok Wanita tani
Widya Tani, Kelompok Wanita tani Ayu Lestari di Jakarta Selatan serta Kelompok Mekar
Sari dan Kelompok Ganda Mekar, di Jakarta Timur.
Informasi tentang beberapa resep olahan yang dicantumkan dalam brosur ini
merupakan hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Penelitian Hortikultura, Jakarta dan telah diaplikasikan oleh para petani
pengolah yang ada di DKI Jakarta. Selain dari itu modifikasi dari beberapa resep olahan
buah-buahan tersebut dilakukan oleh para petani pengolah di DKI Jakarta guna
memperkaya khasanah resep dalam upaya untuk memenuhi selera masyarakat.
II. Dasar-dasar pengolahan dan pengawetan produk pertanian
Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang baik dan kualitas yang diinginkan,
diharapkan mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar tentang pengolahan dan pengawetan
produk pertanian. Hal ini akan berpengaruh pada usaha-usaha untuk memodifikasi dan
mengembangkan resep-resep yang telah dihasilkan.
Teknologi pasta panen pada umumnya merupakan penerapan secara teknik dari
ilmu dan mekanisasi dalam perlakuan dan pengolahan untuk mengamankan dan
mempertinggi daya guna makanan berdasarkan pads ilmu kimia, fisika, biologi dan
mekanisasi.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh teknologi makanan antara lain mengubah bahan
makan menjadi bentuk yang mudah dipergunakan dan lebih dimanfaatkan oleh
masyarakat baik dalam harga maupun rasa; membuat bahan pangan serta hasil
olahannya menjadi tahan simpan; mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi;
membantu atau mencegah terjadinya gangguan kesehatan karena makanan (sanisatasi,
pengawasan, pengolahan dan mutu bahan).
Ilmu teknologi makanan tidak mengajarkan cara-cars merubah bahan makan yang
busuk menjadi baik, melainkan mempertahankan yang baik (bentuk kekerasan, warna,
rasa, dan sebagainya) agar tetap baik. Teknologi makanan adalah ilmu memperlakukan
bahan makanan menjadi makanan yang harus memenuhi kepuasan mata (warna, ukuran,
keseragaman, konsisten), kepuasan hidung (bau, aroma), kepuasan tangan (keras,
empuk, liat, butir, tepung dan sebagainya), kepuasan lidah (cita rasa), kepuasan gizi
(keras, empuk, list dan sebagainya) disamping memperbaiki gizi untuk pencukupan
kebutuhan pertumbuhan badan yang sehat, kuat dan cerdas serta pengamanan dan
penyelamatan modal.
Pengawetan makanan sudah dikenal sejak berabad-abad lamanya. Mula-mula
pengawetan hanya dikerjakan agar bahan makan dapat disimpan hingga waktu paceklik
atau apabila produksi sangat melimpah.
Secara garis besar, pengolahan makanan dapat menjadi tiga golongan.
1. Pengawetan secara fisika
2. Pengawetan secara kimia
3. Pengawetan secara mikrobiologi
2.1 Pengawetan secara fisika
a. Cara Pendinginan
Jika suhu penyimpanan diturunkan maka bahan yang disimpan akan
lebih tahan lama sebab perkembangan jasad renik dan metabolisme bahan
yang disimpan akan berjalan lebih lambat.
b. Cara Pengeringan
Pada cara pengeringan kadar air bahan diturunkan sedemikian rupa
sehingga enzim-enzim tidak dapat bekerja dan jasad renik tidak dapat berkembang
biak. Banyaknya sisa air yang diperbolehkan adalah berbeda untuk tiap jenis
bahan. Faktor faktor yang mempengaruhi antara lain kadar gula, kadar garam,
lamanya penyimpanan dan sebagainya. Pads umumnya kadar air bahan makanan
yang telah dikeringkan antara 1 sampai 20 %.
Pengeringan dapat dikerjakan sebagai berikut:
b.1 Pengeringan matahari / Penjemuran
Pengeringan matahari dapat dilakukan secara penjemuran
sederhana dengan penghamparan di bawah sinar matahari atau
dikerjakan dengan mempergunakan slat pengering tenaga tats surya.
Bila perlu untuk menghindari menjadi hitamnya jaringan-jaringan
sebelum dikeringkan dilakukan terlebih dahulu pembelerangan.
Pemberian uap belerang dibakar (gas belerang dioksida) berjalan
selama 15 menit sampai beberapa jam. Banyaknya belerang diserap
dipengaruhi oleh suhu dan pendekatan belerang dioksida tersebut.
Pembelerangan ini rata-rata membutuhkan 1000 sampai 3000 bagian
per juts belerang dioksida yang sebagian besar akan hilang waktu
proses pengeringan berikutnya.
b.2 Pengeringan buatan
Tiap butir atau tiap potong bahan makanan yang mempunyai
kadar air tertentu mempunyai keseimbangan dengan kelembaban
nisbi udara. Pada pengeringan buatan, sifat ini harus diperhatikan
pula bahwa suhu dan lamanya pengeringan akan mempengaruhi
rasa, warm, dan kekerasan bahan tersebut.
c. Pengalengan atau pembotolan
Dasar pengawetan dengan pengalengan atau pembotolan ialah bahan
makanan diisikan kedalam kaleng atau botol kemudian ditutup rapat dan
dipanaskan pada suhu dan selama waktu tertentu. Dengan cara ini semua jasad
renik yang semula terdapat pada bahan baku dihancurkan, enzim-enzim dihentikan
atau dicegah kegiatannya dan penularan kembali oleh jasad renik dari luar
dihindari.
2.2. Cara kimia
a. Pengawetan dengan garam dapur
Banyaknya garam dapur yang terdapat dalam suatu bahan makanan
menentukan jasad renik yang dapat berkembang biak di dalamnya. Kadar
garam jugs akan mempengaruhi tingkat perubahan yang akan dicapai oleh
jasad renik tersebut.
Garam dapur merupakan racun untuk jasad renik dan bersama-sama
dengan asam mempunyai daya rusak jasad renik.
Garam dapur yang kotor mengandung banyak zat-zat lain misalnya
magnesium clorida (MgCI2), Kalsium Sulfat (CaSo4), Kalsium Clorida
(CaCI2) dan garam-garam lainnya. Bahan-bahan tersebut sangat
mempengaruhi mudah tidaknya garam masuk kedalam bahan yang akan
digarami. Kecuali itu juga mempengaruhi warna dan rasa. Karena itu
dianjurkan untuk menggunakan garam yang sudah dibersihkan.
b. Pengawetan dengan asam
Bakteri pembusuk berkembang biak pada pH yang tinggi. Untuk
merendahkan pH tersebut perlu ditambahkan asam, misalnya asam sitrat
atau asam laktat sebanyak 1,5 - 1,8 % atau asam clorida sebanyak 0,036 -
0,072 %.
c. Pengawetan dengan karbon dioksida
Karbon dioksida banyak digunakan pada minuman-minuman
penyegar misalnya coca cola, F&N, Seven-Up dan lain-lain. Karbondioksida
yang digunakan untuk memperpanjang kesegaran buah yang disimpan
dalam bejana tertutup.
d. Pengawetan dengan antibiotika atau bahan pengawet lainnya.
Antibiotika yang pernah digunakan sebagai bahan pengawet antara
lain sulfatiazol, sulfanilamid, penicilin G, Streptomycin. Bahan pengawet
makanan yang sekarang lazim dipergunakan misalnya asam benzoat dan
garam-garamnya, asam sorbat dan garam-garamnya, asam para
cloro-benzoat, microhin, solbrol A dengan garam-garamnya, Hexamethylene
tetramine, preventol O extra atau preventol ON extra.
e. Pengawet dengan gula
Gula banyak sekali digunakan pada pengawetan makanan yang
berasal dari buah-buahan. Sari buah, sirop, anggur, manisan buah, jam
(selai) adalah contoh-contoh makanan awet yang banyak menggunakan
gula. Gula dalam hal ini berfungsi ganda, memberi rasa manis,
mempertahankan warna dan kekerasan dan menarik air dari sel-sel
buah-buahan sehingga mikroba tak cocok tumbuh disana. Penggunaan gula
selalu dikombinasikan misalnya dengan pengeringan, dengan bahan
pengawet, canning dan fermentasi.
2.3 Pengawetan Cara Mikrobiologis
Pengawetan makanan umumnya untuk menghambat atau mencegah
memperkembangbiakan mikroba. Namun kenyataannya tidak semua jasad renik
merusak, beberapa jenis diantaranya bisa digunakan untuk pengawetan makanan.
Produksi sejumlah asam oleh jasad renik tertentu menciptakan kondisi yang baik
untuk jasad renik lainnya. Proses yang terakhir ini lazim disebut dengan peragian
atau fermentasi.
Fermentasi adalah proses an-aerobic atau sebagian aerobic, suatu proses
oksidasi karbohidrat. Fermentasi dibedakan dari pembusukan karena terakhir
merupakan perombakan an-aerobic terhadap bahan yang mengandung protein.
Natrium Clorida / garam dapur sangat berguna pada proses fermentasi
karma garam ini menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk dan sebagian
terbesar mikroba lainnya. Bakteri tertentu tahan dalam larutan garam.
Contoh-contoh hash fermentasi anggur, cuka (cider), alkohol, acar dan
macam-macam asinan lainnya.
III. PEMBUATAN ANEKA SARI BUAH
a. Sari buah nenas
Bahan : Buah nenas yang matang
Air masak
Gula pasir
Asam sitrat
Pewarna makanan kuning
Cara pembuatan:
1. Buah nenas yang cukup tua dikupas kulitnya kemudian dibuang mata dan
empelurnya.
2. Dicuci bersih kemudian dihaluskan dengan cara diparut atau dihancurkan
dengan alat "Waring blendor".
3. Sari yang diperoleh ditakar : 500 cc + 700 gram gula + asam sitrat 3 gram /
liter + warna kuning.
4. Setiap liter sari yang diperoleh dicampur dengan 3 liter air masak yang telah
dingin.
5. Dari 1 liter sari buah akan diperoleh 4 liter larutan sari buah.
6. Setiap liter larutan sari buah ditambahkan dengan 125 gram gula pasir 1-2
gram asam sitrat tergantung pada derajat ke asaman buah nenas yang
diperoleh.
7. Diaduk-aduk terus hingga gula pasir seluruhnya hancur atau larut.
8. Disaring dengan kain bersih atau saringan nylon yang halus.
9. Diberi pewarna makanan yang berwarna kuning secukupnya.
10. Dimasukkan kedalam botol yang telah dicuci bersih dan steril.
11. Ditutup rapat dengan penutup "Crown Curk"
12. Dipasteurisasi dengan cara merebusnya dalam panci besar pada suhu sekitar
85 °C selama I S menit.
13. Dinginkan dan diamkan selama 2 Minggu untuk mengetahui inkubasi jasad
renik. Bila dalam 2 Minggu terdapat botol berisi sari buah nenas yang rusak
berarti pengawetan kurang sempurna. Sari buah nenas yang rusak tersebut
dipisahkan dan sebaiknya jangan dikonsumsi atau diperdagangkan.
b. Sari buah jambu biji
Bahan-bahan : Buah jambu biji
Air masak
Gula pasir
Asam sitrat
Pewarna makanan
Cara Pembuatan:
1. Buah jambu biji dipilih yang cukup matang dan tua. Dapat diplih buah jambu
biji dengan daging buahnya berwarna putih ataupun yang berwarna merah.
Jangan pilih buah jambu yang masih keras atau mengkal karena buah yang
masih keras berarti masih muda dan rasanya masih agak sepat karma
banyak mengandung zat tanin. Dan jangan pula memilih jambu biji yang
telah matang sekali karena buah yang terlalu matang mengandung pektin
hanya sedikit sehingga dapat mengakibatkan konsentrasi sari buahnya
kurang baik.
2. Buah dikupas kulitnya kemudian dibuang bijinya.
3. Dicuci bersih lalu dihaluskan dengan cara diparut atau dihancurkan dengan
alat "waring blendor", kemudian di tambah air secukupnya.
4. Sari buah yang diperoleh kemudian ditakar.
5. Setiap liter sari buah yang diperoleh dicampur dengan 3 liter air masak yang
telah dingin.
6. Dari setiap liter sari buah jambu biji akan diperoleh 4 liter sari buah jambu
biji.
7. Setiap liter sari buah jambu biji ditambahkan 125 gram gula pasir dan 2 gram
asam sitrat/ liter sari buah jambu biji berwarna menarik.
8. Sari buah diaduk-aduk terus sehingga gula pasir seluruhnya larut.
9. Disaring dengan saringan kain yang bersih atau dengan saringan nylon yang
halus.
10. Diberi pewarna makanan yang berwarna merah hingga warna sari buah
jambu biji tersebut menjadi merah muda.
11. Dimasukkan ke dalam botol sari buah yang bersih dan steril.
12. Ditutup rapat dengan menggunakan "Crown Curk".
13. Dipasteurisasi dengan cara merebus botol yang telah berisi sari buah
tersebut di dalam panci besar pada suhu sekitar 85 derajat selama IS menu.
14. Dinginkan dan diamkan selama 2 Minggu untuk masa inkubasi jasad renik.
Bila dalam waktu 2 Minggu terdapat botol yang berisi sari buah jambu biji
yang rusak sebaiknya dipisahkan dan jangan dikonsumsi atau
diperdagangkan.
c. Pembuatan Sari Buah Sirsak
Bahan-bahan :
Buah sirsak
Air masak
Gula pasir
Asam sitrat
Pewarna makanan
Cara Pembuatan :
1. Buah sirsak dipilih yang telah matang (empuk). Sebaiknya jangan dipili) buah
sirsak yang matangnya karena diperam karbit karma buah sirsak yang telah
diperam dengan karbit rasanya sedikit kurang enak dan kadang-kadang
dapat mengakibatkan botol pecah pada waktu pasteurisasi.
2. Buah dikupas kemudian dibuang biji dan empelurnya.
3. Buah diambil dagingnya saja kemudian dihaluskan dengan cara dihaluskan
dengan cara digerus diatas ayakan bambu atau dihancurkan dengan alat
waring blendor.
4. Sari buah yang telah diperoleh kemudian ditakar.
5. Setiap liter sari buah yang diperoleh dicampur dengan 4 liter air masak yang
telah dingin.
6. Dari satu liter sari buah sirsak akan diperoleh 5 liter larutan sari buah.
7. Setiap larutan sari buah ditambah dengan 150 gram gula pasir dan 1 gram
asam sitrat.
8. Larutan diaduk-aduk terus hingga gula pasir yang ditambahkan menjadi larut
semuanya.
9. Disaring dengan menggunakan saringan kain yang bersih atau dengan
saringan nylon yang halus.
10. Dapat diberi pewarna makanan yang berwarna hijau hingga warna asli buah
tersebut menjadi hijau muda.
11. Dimasukkan ke dalam botol sari buah yang telah bersih dan steril.
12. Ditutup rapat dengan penutup "Crown Curk"
13. Dipasteurisasi dengan cara merebus botol yang telah berisi sari buah
tersebut di dalam panci besar pada suhu sekitar 85 °C selama 15 menit.
14. Dinginkan dan diamkan selama 2 Minggu untuk inkubasi jasad renik. Bila
dalam waktu 2 Minggu terdapat botol yang berisi sari buah yang rusak
sebaiknya dipisahkan dan jangan dikonsumsi atau diperdagangkan.
d. Pembuatan Sari buah campuran sirsak dan nangka
Bahan-bahan :
Buah sirsak
Buah nangka
Air masak
Gula pasir
Asam sitrat
Natrium benzoat
Cara Pembuatan :
1. Buah sirsak dipilih yang telah matang (empuk), buah nangka juga dipilih
yang telah matang.
2. Kedua macam buah dikupas kulitnya dan diambil bagian buahnya saja.
3. Masing-masing daging buah dihaluskan secara terpisah. Caranya dengan
digerus diatas ayakan bambu atau dihancurkan dengan alat waring blendor.
4. Sari buah masing-masing buah ditakar secara terpisah.
5. Setiap liter sari buah sirsak di campur dengan 4 liter air masak yang telah
dingin dan setiap liter sari buah nangka dicampur dengan 4 liter air yang
serupa.
6. Dari 1 liter sari buah masing-masing akan diperoleh 5 liter larutan sari buah.
7. Setiap liter larutan sari buah sirsak ditambah 150 gram gula pasir dan 1 gram
asam sitrat sedangkan setiap liter sari buah nangka ditambahkan 125 gram
gula pasir dan 3 gram asam sitrat.
8. Masing-masing sari buah di aduk-aduk terus hingga gula pasir larut
seluruhnya.
9. Masing-masing sari buah disaring dengan menggunakan saringan kain yang
bersih atau saringan nylon yang halus.
10. sari buah yang diperoleh dicampur dengan sari buah nangka yang diperoleh
dengan perbandingan 1:1 sehingga diperoleh sari sirka (sirsak dan nangka).
Sari sirka yang diperoleh perlu ditambah Natrium Benzoat sebanyak ½ gram
untuk setiap liter sari buah sirka tadi karena sari buah ini termasuk salah satu
jenis sari buah yang sangat mudah rusak.
11. sari buah sirka dimasukan kedalam botol yang telah bersih dan steril.
12. ditutup dengan penutup “crown curk” agar rapat benar.
13. Dipasteurisasi pada suhu sekitar 80 oC selama 15 menit.
14. Di inkubasi setelah dingin dengan cara disimpan selama 2 minggu.
e. Pembuatan Sari Buah Belimbing
Bahan-bahan :
Buah sirsak
Buah nangka
Air masak
Gula pasir
Asam sitrat
Natrium benzoat
Cara Pembuatan :
1. Pilih buah Belimbing yang telah matang penuh. Usahakan memilih varietas
Belimbing yang sama seperti varietas Dewi, Paris, Bangkok, Demak, dll.
2. Belimbing yang telah dipilih cuci sampai bersih.
3. Lalu dipotong memanjang sesuai dengan bilah belimbing yang ada.
4. Belimbing yang telah dipotong, dikukus selama 5 sampai dengan 10 menit.
5. setelah layu semuanya belimbing dihancurkan dengan menggunakan
penghancur atau blender sehingga menjadi bubur belimbing.
6. Dilakukan pengenceran bubur belimbing dengan menambahkan air 1 liter
bubur belimbing dicampur dengan 3 liter air matang.
7. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan kain kasa atau penyaring dari
nylon yang bersih.
8. Setiap liter larutan sari buah ditambah dengan 150 gram gala pasir dan 2
gram asam sitrat.
9. Larutan diaduk-aduk terus hingga gula pasir yang di tambah kan menjadi
larut semuanya.
10. Disaring dengan menggunakan saringan kain yang bersih atau dengan
saringan nylon yang halus.
11. Dimasukkan kedalam botol sari buah yang telah bersih dan steril.
12. Ditutup rapat dengan penutup "Crown Cruk".
13. Dipasteurisasi dengan cara merebus botol yang telah berisi sari buah
tersebut di dalam panci besar pada suhu sekitar 85 °C selama 30 menit.
14. Dinginkan dan diamkan selama 2 Minggu untuk inkubasi jasad renik. Bila
dalam waktu 2 Minggu terdapat botol yang berisi sari buah yang rusak
sebaiknya dipisahkan dan jangan dikonsumsi atau diperdagangkan.
f. Pembuatan sari buah pisang
Bahan-bahan :
Buah pisang
Asam sitrat
Gula pasir
Cara Pembuatan
1. Buah harus dipilih yang matang penuh dan tidak busuk, dicuci dengan air
bersih, kemudian dikupas dan dibuang kulitnya.
2. Daging buah direndam dalam larutan asam sitrat 0,4 % agar tidak terjadi
pencoklatan pads daging buah.
3. Setelah ditiriskan kukus dengan dandang selama 7 menit dihitung saat air
mendidih.
4. Setelah dikukus, buah dihancurkan untuk mendapatkan sari buahnya. Untuk
ekstraksi sari buah dapat ditambahkan air dengan perbandingan 1 bagian
sari buah dengan 3 bagian air.
5. Kemudian disaring, hasil saringan tersebut ditambahkan gula sebanyak 125
gram - 150 gram per liter sari buah yang di dapat. Lalu ditambahkan 1 - 2
gram asam sitrat.
6. Siapkan botol yang telah bersih dan steril.
7. Masukkan sari buah yang telah jadi, lalu tutup botol yang rapat dengan
menggunakan crown curk.
8. Lakukan pasteurisasi dengan merebus botol yang telah berisi sari buah yang
telah berisi sari buah pisang selama 30 menit. Lalu dinginkan.

IV. PEMBUATAN ANEKA JAM
Bahan-bahan :
Buah nenas, Belimbing wuluh
Jambu biji, Sirsak, dll.
Gula pasir
Asam sitrat
Natrium benzoat.
Cara Pembuatan
1. Buah dipilih yang cukup tingkat ketuaannya. Nenas dan sirsak sebaiknya dipilih
yang telah matang. Belimbing wuluh dan jambu sebaiknya jangan dipilih yang
terlalu tua karma buah yang terlalu tua kadar pektin yang dikandung oleh buah
mempengaruhi tekstur jam yang akan dihasilkan.
2. Buah dibersihkan dan diambil bagian daging buahnya saja.
3. Kemudian buah dihaluskan dengan cara digerus diatas ayakan bambu atau
dihancurkan dengan alat waring blendor.
4. Buah yang terlalu banyak mengandung air seperti misalnya nenas Palembang atau
belimbing wuluh sebaiknya sebagian air buahnya dibuang dengan cars menyaring
air buah yang telah dihaluskan tersebut. Membuangnyapun jangan terlalu banyak.
5. Sari buah yang diperoleh kemudian ditakar.
6. Sari buah dipanaskan selama 15 menit.
7. Ditambahkan gula pasir dan asam sitrat. Untuk setiap liter sari buah diperlukan 1
Kg gala pasir dan 5 gram asam sitrat. Jika buah yang dipergunakan rasanya asam
cukup tambahkan 3 gram asam sitrat.
8. Dipanaskan terus menerus diatas api sambil diaduk-aduk secara merata sampai
sari buah tersebut mengental. Untuk mengetahui apakah jam tersebut cukup
mengental ambillah sebuah piring dan letakkan diatas piring. Jika piring dimiringkan
dan ternyata jam tidak meleleh hal tersebut menandakan bahwa jam tersebut sudah
cukup kekentalannya. Tambahkan Natrium benzoat I/2 gram untuk setiap liter.
9. Sewaktu masih panas masukkan kedalam botol yang telah bersih dan steril,
kemudian ditutup rapat-rapat.
10. Botol yang telah berisi jam tersebut dikukus dengan suhu 100 °C selama 30 menit.
11. Untuk jam buah-buahan dapat pula diberikan zat pewarna makanan agar lebih
menarik penampilannya.
V. PEMBUATAN ANEKA SIROP
a. Pembuatan Sirop Temu Lawak
Bahan-bahan :
Gula pasir :2 Kg
Temu Lawak :100 gram
Asam sitrat :3 gram
Bunga pala :1 gram
Kayu manis :1 gram
Cengkeh tanpa kepala :1/2 gram
Air :11/2 liter
Cara Pembuatan
1. Temu lawak yang telah dikeringkan dicampur dengan bunga pala, kayu
manis dan cengkeh yang telah dibuang kepalanya.
2. Ditambahkan air kemudian dimasak sehingga air tinggal 1 liter. Selama
memasaknya diaduk-aduk terus.
3. Diamkan selama 1 malam.
4. Disaring untuk diambil ekstrak rebusan campuran tersebut.
5. Ekstrak campuran ini ditambah gula pasir kemudian di masak sambil
diaduk-aduk hingga gula seluruhnya larut.
6. Disaring dengan saringan kain yang bersih kemudian ditambahkan asam
sitrat.
7. Sewaktu masih panas masukkan kedalam botol yang telah bersih dan steril,
kemudian tutup rapat-rapat dengan penutup crown curk.
b. Pembuatan Sirop Jahe
Bahan-bahan :
Jahe 1 Kg
Air masak 10 liter
Gala 12 Kg
Cara Pembuatan
1. Jahe dibersihkan dari kotoran yang menempel.
2. Jahe diparut dengan menggunakan parutan, dan direbus dengan 2 liter air
selama 30 menit.
3. Dinginkan sejenak baru diperas dan disaring dengan menggunakan kain
kasa atau saringan nylon.
4. Kemudian sari jahe tersebut ditambahkn 8 liter air.
5. Kemudian direbus, setelah mendidih masukkan 12 Kg gala lalu diaduk-aduk
selama 30 menit, lalu dinginkan.
6. Siapkan botol yang bersih dan steril, masukkan kedalam botol yang bersih
dan steril, masukkan sirop jahe yang telah dingin.
7. Sterilisasi selama 15 menu.
Ampas jahe yang diperas tadi dapat digunakan untuk membuat enting-enting jahe
caranya.
1. Ampas jahe ditumbuk sampai halus.
2. Siapkan gala merah sebanyak 3/4 Kg dan gala pasir 1l4 Kg kemudian
larutkan.
3. Setelah itu masukkan ampas jahe yang telah ditumbuk tadi.
4. Aduk- aduk hingga merata diatas api kecil pelan 30 menit.
5. Setelah itu diangin-anginkan di atas tampah lalu dipotong potong sesuai
dengan keinginan.
VI. PEMBUATAN ANEKA CORDIAL
a. Pembuatan Cordial Jeruk Nipis
Bahan-bahan :
Jeruk nipis
Natrium metabisulfit
Natrium benzoat
Gala pasir
Pewarna makanan
Cara Pembuatan
1. Jeruk nipis dipilih yang baik mutunya kemudian dicuci bersih.
2. Dibelah atau diiris dan selanjutnya diperas untuk ambil sarinya.
3. Sari buah yang diperoleh ditakar.
4. Ditambahkan natrium metabisulfit sebanyak 2 gram untuk setiap liter sari
buah jeruk nipis yang dihasilkan.
5. Dibiarkan mengendap partikel-partikelnya yang banyak mengandung zat
limonie. Zat ini dapat mengakibatkan rasa pahit terutama bila kena panas.
6. Pengendapan berlangsung 2 malam.
7. Setelah 2 malam sari buah jeruk nipis akan memisah menjadi 2 bagian sari
buah yang bening dan bagian sari buah yang keruh.
8. Pisahkan bagian sari buah yang bening dengan hati-hati.
9. Setiap liter sari buah yang bening dicampur dengan 3 liter air hangat dan 8
Kg gala pasir sambil diaduk secara terus menerus hingga gala pasir larut
seluruhnya.
10. Disaring dengan saringan kain yang bersih.
11. Ditambahkan Natrium benzoat sebanyak 1/2 gram untuk setiap cordial.
12. Masukkan kedalam botol yang telah bersih dan steril kemudian tutup
rapat-rapat dengan penutup.
b. Pembuatan Cordial Belimbing Wuluh
Bahan-bahan :
Buah belimbing wuluh yang cukup tua
Gula pasir
Natrium benzoat
Essence jeruk (bila diperlukan)
Pewarna makanan
Cara Pembuatan
1. Buah belimbing wuluh atau belimbing sayur dipilih yang cukup tingkat
ketuaannya, jangan dipilih yang masih muda atau yang sudah tua.
2. Dibersihkan bagian ujung dan pangkal kemudian dicuci bersih. Selanjutnya
bijinya dibuang.
3. Dihaluskan dengan cara digerus diatas ayakan bambu atau dengan alat
waving blendor disaring lalu diambil sarinya.
4. Ditambahkan gula pasir sebanyak 1,5 Kg untuk setiap liter sari buah.
5. Dimasak sampai mendidih sambil diaduk-aduk terus agar gula larut
seluruhnya lalu tambahkan Natrium benzoat sebanyak 1/2 gram untuk setiap
liter cordial.
6. Masukkan kedalam botol steril dan tutup rapat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1988. Penanganan Pasca Panen dan Pengawetan Hasil Pertanian. Dinas
Pertanian DKI Jakarta.
Syoaib, Sri Yunani, 1988. Mengolah Makanan dan Minuman Awet. Kelompok Wanitatani
Tani Ganda Mekar.
Syoaib, Sri Yunani, 1988. Manfaat Pemasaran Manisan Daun Pepaya Bagi Masyarakat
Serta Anggota Kelompok Wanitani.
Maharani, 1991. Pengolaahan Pasca Panen
Nuraisin, 1996. Potensi, Peluang dan Kendala Agribisnis Kelompok Petani Perkotaan.
Share this article

0 comments:

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

 
Copyright © 2017 PUSTAKA ONLINE • All Rights Reserved.